Kerupuk Kulit Ikan Patin Camilan Renyah Pemanfaatan Limbah
Di industri fillet ikan patin, kulit ikan patin merupakan limbah yang biasanya dimusnahkan. Tapi kini dengan menggunakan teknologi yang sederhana kulit tersebut dapat dimanfaatkan menjadi makanan ringan berprotein tinggi, yang rasanya sesuai selera masyarakat? demikian ungkap Sugeng Heri Suseno, dosen Teknologi Hasil Perikanan IPB.
Rasa kerupuk kulit ikan patin mampu bersaing dengan kerupuk kulit lainnya. Bahkan menurut para pelanggan, rasa kerupuk kulit ikan patin lebih gurih dari kerupuk kulit hewan lainnya. Kandungan protein yang terdapat pada kerupuk kulit ikan patin ini juga tidak kalah dengan kerupuk kulit dari hewan darat seperti sapi dan kerbau. ?Pada dasarnya kandungan protein pada kulit itu hampir sama,? tegas Sugeng. Kulit ikan segar mengandung 69,6% air; 26,9% protein; 2,5% abu dan 0,7% lemak.
Berawal dari sebuah penelitian, Wildan Mathlubi-seorang mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB membuat kerupuk dari kulit ikan patin, dan selanjutnya mencoba mengaplikasikan hasil penelitian tersebut untuk komersial. Usaha Wildan didukung dengan tersedianya bahan baku berupa kulit ikan patin dari sisa produksi fillet ikan patin yang ada di kampus IPB. ?Awalnya memang agak sulit dalam proses pembuatannya, tapi setelah terbiasa ternyata sederhana,? terang Wildan.
Teknologi Sederhana
Pengolahan kulit ikan patin menjadi komoditas krupuk tidak memerlukan teknologi yang rumit, melainkan cukup dengan menggunakan teknologi dan peralatan yang sederhana,? papar Sugeng Heri Suseno. Demikian sederhananya teknologi dan peralatan yang digunakan, sehingga industri ini tidak memerlukan biaya yang besar.
Cara pengolahannya cukup sederhana. Pertama kulit ikan dibersihkan dari sisa daging dan lemak yang melekat, kemudian kulit yang sudah bersih direndam dengan air kapur sirih selama dua jam. Setelah perendaman dengan kapur sirih selesai, kulit ikan patin direndam lagi dengan air bersih selama 8 ? 10 jam. Baru kemudian kulit ikan patin tersebut dibumbui dan dijemur hingga kering. Setelah kerupuk kulit ikan patin kering baru dilakukan penggorengan hingga matang. Pada cuaca yang baik proses pembuatan kerupuk kulit ikan patin ini hanya memerlukan waktu dua hari.
Saat ini produksi kerupuk kulit ikan patin yang dikelola Wildan tiap harinya mencapai 15 kg kerupuk. Jumlah tersebut dirasa masih kurang, karena dari hari ke hari permintaan kerupuk kulit ini terus bertambah. ?Sebetulnya kita mampu berproduksi lebih dari 15 kg perhari tanpa harus khawatir tidak terserap oleh pasar. Permasalahannya, kita masih kesulitan dengan bahan baku,? jelas Wildan.
Industri fillet ikan patin di wilayah Bogor memang masih sangat terbatas, hanya ada satu pabrik yang berproduksi dan itu pun masih sulit untuk mendapatkan ikan patin segar. Suka atau pun tidak usaha kerupuk kulit ikan patin ini sangat tergantung dari ada atau tidaknya industri fillet ikan patin. Dan ini merupakan kendala utama yang dihadapi oleh pengusaha kerupuk ini. Tetapi ada kabar gembira sehubungan baru dibukanya sebuah industri fillet ikan patin. ?Di daerah Cianjur baru saja didirikan pabrik fillet ikan patin, dan tentunya ini sebuah peluang besar bagi pengusaha kerupuk ikan,? tambah Wildan semangat.
Keuntungan yang didapatkan dari usaha pengolahan kerupuk kulit ikan patin cukup menggiurkan. Harga per-kilogram kerupuk kulit ikan patin dipasaran dapat mencapai harga Rp 60.000,-. Sedangkan untuk menghasilkan satu kg kerupuk, dibutuhkan kulit ikan patin segar sebanyak 4 kg yang dibeli seharga Rp 2000,00 per kg. Dan di dalam proses produksinya Wildan cukup dibantu oleh tiga orang tenaga kerja yang berfungsi sebagai pengolah dan distribusi. Dapat dibayangkan besarnya keuntungan bersih yang diperoleh dalam satu hari, dengan hasil produksi 15 kg kerupuk kulit.
Sumber
Sumber